BAB
II
TINJAUAN
TEORI
2.1.
Definisi
Pertumbuhan
janin terhambat ditentukan bila berat janin kurang dari 10 % dari berat yang
harus dicapai pada usia kehamilan tertentu. Biasa perkembangan yang terhambat
diketahui setelah 2 minggu tidak ada pertumbuhan. Dahulu PJT disebut sebagai intrauterine growth retardation (IUGR),
tetapi istilah retardation kiranya
tidak tepat. Tidak semua PJT adalah hipoksia atau patologik karena ada 25 – 60
% yang berkaitan dengan konstitusi etnik dan besar orang tua.
Parameter
klinik yang dapat digunakan untuk mendeteksi PJT misalnya ketidak sesuaian usia
gestasi dengan besar uterus, laju pertumbuhan terhambat, atau pertambahan berat
badan ibu yang kurang. Kejadian yang terbukti dengan cara ini hanya 10-25%,
sehingga perlu digabung dengan pemeriksaan dan USG Doppler.
2.2.
Klasifikasi
Klasifikasi
IUGR / Pertumbuhan janin terhambat (PJT) yaitu:
1.
PJT
tipe I atau dikenal juga sebagai tipe simetris. Terjadi pada kehamilan 0-20
minggu,terjadi gangguan potensi tubuh janin ntuk memperbanyak sel
(hiperplasia), umumnya disebabkan oleh kelainan kromosom atau infeksi
janin.prognosisnya buruk.
2.
PJT tipe II
atau dikenal juga sebagai tipe asimetris.terjadi pada kehamilan 24-40 minggu,
yaitu gangguan potensi tubuh janin untuk memperbesar sel (hipertropi), misalnya
pada hipertensi dalam kehamilan disertai insufisiensi plasenta.
3.
PJT tipe III
adalah kelainan diantara dua tipe diatas. Terjadi pada kehamilan 20-28
minggu,yaitu gangguan potensi tubuh kombinasi antara gangguan hiperplasia dan
hipertropi sel. Misalnya dapat terjadi pada malnutrisi ibu,kecanduan obat,atau
keracunan.
2.3.
Etiologi
Meskipun sekitar 50% dari
pertumbuhan janin terhambat belum diketahui penyebabnya namun ada beberapa
faktor yang diketahui dapat menyebabkannya, Yaitu pertumbuhan maternal yang
kurang, infeksi janin, malformasi kongenital, kelainan kromosom, penyakit
vaskuler, penyakit ginjal kronis, anemia, abnormalitas plasenta dan tali pusat,
janin multipel(kembar).
Peningkatan
rasio berat plasenta terhadap berat lahir ditimbulkan oleh kondisi diet rendah
nutrisi terutama protein.
a.
Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Pada kondisi
awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas dipengaruhi oleh makanan. Studi
pada binatang menunjukkan bahwa kondisi kekurangan nutrisi sebelum implantasi
bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan nutrisi pada awal
kehamilan dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang simetris. Hal
sebaiknya terjadi kondisi percepatan pertumbuhan pada kondisi hiperglikemia
pada kehamilan lanjut
b.
Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan
Defisiensi
makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta, tapi bisa juga terjadi
peningkatan pertumbuhan plasenta sebagai kompensasi. Didapati ukuran plasenta
yang luas.
c.
Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan
Terjadi
pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi antara janin
dengan plasenta. Efek kekurangan makan tergantung pada lamanya kekurangan.
Pada kondisi akut terjadi perlambatan pertumbuhan dan kembali meningkat jika
nutrisi yang diberikan membaik. Pada kondisi kronis mungkin telah terjadi
proses perlambatan pertumbuhan yang irreversible.
Penyebab
PJT ini dapat dibedakan berasal dari ibu, plasenta atau bayi.
1. Faktor Ibu
a. Penyakit
hipertensi (kelainan vaskular ibu).
Pada trimester kedua terdapat
kelanjutan migrasi interstitial dan endotelium trophoblas masuk jauh ke dalam
arterioli miometrium sehingga aliran menjadi tanpa hambatan menuju
retroplasenter sirkulasi dengan tetap. Aliran darah yang terjamin sangat
penting artinya untuk tumbuh kembang janin dengan baik dalam uterus.
Dikemukakan bahwa jumlah arteri-arterioli yang didestruksi oleh sel
trophoblas sekitar 100-150 pada daerah seluas plasenta sehingga cukup untuk
menjamin aliran darah tanpa gangguan pada lumen dan arteri spiralis terbuka.
Gangguan terhadap jalannya destruksi sel trophoblas ke dalam arteri
spiralis dan arteriolinya dapat menimbulkan keadaan yang bersumber dari
gangguan aliran darah dalam bentuk “iskemia retroplasenter”.
Dengan demikian dapat terjadi bentuk hipertensi dalam kehamilan apabila
gangguan iskemianya besar dan gangguan tumbuh kembang janin terjadi apabila
iskemia tidak terlalu besar, tetapi aliran darah dengan nutrisinya merupakan
masalah pokok.
b. Kelainan
uterus.
Janin yang tumbuh di luar uterus biasanya mengalami hambatan pertumbuhan.
c. Kehamilan
kembar.
Kehamilan dengan dua janin atau
lebih kemungkinan besar dipersulit oleh pertumbuhan kurang pada salah satu atau
kedua janin dibanding dengan janin tunggal normal. Hambatan pertumbuhan dilaporkan
terjadi pada 10 s/d 50 persen bayi kembar.
d. Ketinggian
tempat tinggal
Jika terpajan pada lingkungan yang hipoksik secara kronis, beberapa janin
mengalami penurunan berat badan yang signifikan Janin dari wanita yang tinggal
di dataran tinggi biasanya mempunyai berat badan lebih rendah daripada mereka.
e. Keadaan gizi
Wanita kurus cenderung melahirkan bayi kecil, sebaliknya wanita gemuk
cenderung melahirkan bayi besar. Agar nasib bayi baru lahir menjadi baik, ibu
yang kurus memerlukan kenaikan berat badan yang lebih banyak dari pada ibu-ibu
yang gemuk dalam masa kehamilan.
Faktor terpenting pemasukan makanan adalah lebih utama pada jumlah kalori
yang dikonsumsi setiap hari dari pada komposisi dari kalori. Dalam masa hamil
wanita keadaan gizinya baik perlu mengkonsumsi 300 kalori lebih banyak dari
pada sebelum hamil setiap hari. Penambahan berat badan yang kurang di dalam
masa hamil menyebabkan kelahiran bayi dengan berat badan yang rendah.
f. Perokok
Kebiasaan merokok terlebih dalam masa kehamilan akan melahirkan bayi yang
lebih kecil sebesar 200 sampai 300 gram pada waktu lahir. Kekurangan berat
badan lahir ini disebabkan oleh dua faktor yaitu :
1) Wanita perokok, cenderung makan
sedikit karena itu ibu akan kekurangan substrat di dalam darahnya yang bisa
dipergunakan oleh janin.
2) Merokok menyebabkan pelepasan
epinefrin dan norepinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi yang berkepanjangan
sehingga terjadi pengurangan jumlah pengaliran darah kedalam uterus dan yang
sampai ke dalam ruang intervillus.
2. Faktor Anak
a. Kelainan
congenital
b. Kelainan
genetik
c. Infeksi janin, misalnya penyakit
TORCH (toksoplasma, rubela, sitomegalovirus, dan herpes).
Infeksi intrauterine adalah penyebab
lain dari hambatan pertumbuhan intrauterine.banyaktipe seperti pada infeksi
oleh TORCH (toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, dan herpes simplex) yang
bisa menyebabkan hambatan pertumbuhan intrauterin sampai 30% dari kejadian.
Infeksi AIDS pada ibu hamil menurut laporan bisa mengurangi berat badan lahir
bayi sampai 500 gram dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir sebelum terkena
infeksi itu.
Diperkirakan infeksi intrauterin
meninggikan kecepatan metabolisme pada janin tanpa kompensasi peningkatan
transportasi substrat oleh plasenta sehingga pertumbuhan janin menjadi
subnormal atau dismatur.
3. Faktor Plasenta
Penyebab faktor plasenta dikenal sebagai insufisiensi plasenta. Faktor
plasenta dapat dikembalikan pada faktor ibu, walaupun begitu ada beberapa
kelainan plasenta yang khas seperti tumor plasenta. Sindroma insufisiensi
fungsi plasenta umumnya berkaitan erat dengan aspek morfologi dari plasenta.
Parameter klinik yang dapat digunakan untuk mendeteksi PJT ketidaksesuaian
usia gestasi dengan besar uterus, laju pertumbuhan terhambat, atau pertambahan
berat badan ibu yang kurang. Kejadian yang terbukti dengan cara ini hanya
10-25%, sehingga perlu digabung dengan pemeriksaan dan USG Doppler.
2.4.
Patofisiologi
1)
Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Pada kondisi awal kehamilan
pertumbuhan embrio dan trofoblas dipengaruhi oleh makanan. Studi pada binatang
menunjukkan bahwa kondisi kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa menghambat
pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan nutrisi pada awal kehamilan dapat
mengakibatkan janin berat lahir rendah yang simetris. Hal sebaiknya terjadi
kondisi percepatan pertumbuhan pada kondisi hiperglikemia pada kehamilan
lanjut.
2)
Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan
Defisiensi makanan mempengaruhi
pertumbuhan janin dan plasenta, tapi bisa juga terjadi peningkatan pertumbuhan
plasenta sebagai kompensasi. Didapati ukuran plasenta yang luas.
3)
Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan
Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi antara
janin dengan plasenta. Efek kekurangan makan tergantung pada lamanya
kekurangan. Pada kondisi akut terjadi perlambatan pertumbuhan dan kembali
meningkat jika nutrisi yang diberikan membaik. Pada kondisi kronis mungkin
telah terjadi proses perlambatan pertumbuhan yang irreversibel.
2.5. Penyebab
Penyebab
PJT diantaranya ialah sebagai berikut:
Æ Hipertensi
dalam kehamilan
Æ Gameli
Æ Anomali
janin/trisomi
Æ Sindrom
Antifosfolipid
Æ SLE
Æ Infeksi:
rubella, sifilis, CMV
Æ Penyakit
jantung
Æ Asma
Æ Gaya
hidup: merokok, narkoba
Æ Kekurangan
gizi, ekonomi rendah
Pada
kehamilan 16 -20 minggu sebaiknya dapat ditentukan apakah ada kelainan atau
cacat janin. Apabila ada indikasi sebaiknya ditentukan adanya kelainan genetik.
2.6.
Tanda dan Gejala
1.
Uterus dan janin tidak berhasil tumbuh dengan
kecepatan normal selama jangka waktu 4 minggu.
2.
Tinggi fundus uteri sedikitnya 2 cm lebih rendah dari
pada yang di perkirakan menurut umur/ lama kehamilan .
3.
Berat badan ibu semakin menurun.
4.
Gerakan janin semakin berkurang.
5.
Volume cairan ketuban menurun.
2.7.
Diagnosis
Secara
klinik awal pertumbuhan janin yang terhambat dikenal setelah 28 minggu. Namun,
secara ultrasonografi mungkin sudah dapat diduga lebih denga adanya biometri
dan taksiran berat janin yang tidak sesuai dengan usia gestasi. Secara klinik
pemeriksaan tinggi fundus umumnya dalam sentimeter akan sesuai dengan usia
kehamilan. Bila lebih rendah dari 3 cm,patut dicurigai adanya PJT, meskipun
sensivitasnya hanya 40 %. Smith dan kawan-kawan melakukan observasi pada 4.229
kasus dan menemukan bahwa pertumbuhan yang suboptimal sejak trimester pertama
berkaitan denga kelahiran preterm dan kajadian PJT.
Sebaiknya
kepastian PJT dapat dibuat apabila terdapat data USG sebelum 20 minggu sehingga
pada kehamilan 32 – 34 minggu dapat ditentukan secara lebih tepat.
Pemeriksaan
secara Doppler arus darah: arteri umbilikal, arteri uterina dan arteri
spiralis, mungkin apat mencurigai secara awal adanya arus darah yang abnormal
atau PJT .
Patut
difahami, sekalipun tidak ditemukan kelainan mayor pada USG, ternyata masih
mugkin ditemukan kelainan bawaan sebanyak 20 %.
2.8.
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan antepartum
Ã
Di lakukan
penyelidikan terhadap fungsi plasenta dan kondisi janin.
Ã
Bila tanda- tanda gawat janin tidak ada, kehamilan di
biarkan berlangsung. Kita harus membiarkan janin mencapai maturitasnya sejauh
mungkin kehamilan di akhiri hanya kalau terdapat tanda- tanda gawat janin.
Ã
Begitu diagnosis IUGR di buat, kelahiran harus di
rampungkan sebelum 38 minggu. Bayi yang sudah tidak berkembang lagi dalam rahim
akan tumbuh lebih baik dalam bangsal anak.
Ã
Di upayakan untuk memperbaiki situasi dengan
mengoreksi kelainan yang mendasari seperti hipertensi dan diabetes yang tidak
terkontrol dan meningkatkan aliran darah kedalam uterus dengan mengatur posisi
tidur pasien lebihh banyak berbaring menyamping.
Ã
Kebanyakan kematian janin di dalam rahim setelah
minggu ke- 36 kehamilan dan sebelum di mulainya persalinan.
2.
Penatalaksanaan
persalinan
Bayi- bayi yang IUGR harus di
lahirkan di rumah sakit dengan fasilitas khusus untuk resiko tinggi, baik
obstetrik maupun pediatrick.
à Serviks
matang : di induksi, monitoring yang cermat dan kelahiran
pervaginam.
à Serviks
belum matang : infus oxytocin untuk mematangkan serviks yang di ikuti oleh
pemecahan ketuban secara artificial.
à Indikasi
dilakukannya section caesarea :
·
Gawat janin
·
Induksi gagal
·
Malpresentasi
·
Disproporsi
·
Serviks tidak matang pada pasien- pasien yang
penyakitnya berat seperti diabetes atau toksemia.
·
Bekas section caesarea.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
IUGR/PJT
(intrauterine growth retardation / pertumbuhan janin terhambat) merupakan
bayi-bayi yang beratnya di bawah pencetile 10 % dibanding kehamilannya atau dari
berat yang harus dicapai. Bayi-bayi ini berukuran kecil, tetapi bukan prematur,
mereka tidak mempunyai permasalahan seperti yang dihadapi oleh bayi yang lahir
prematur.
Banyak
faktor yang akan menyebabkan bayi dengan mengalami PJT/IUGR, seperti pada ibu
dan plasenta yang dapat dikembalikan pada faktor atau kebiasaan ibu yaitu
kebiasaan yang dapat merugikan pertumbuhan janin dan faktor bayi yaitu
kelainan-kelainan bawaan seperti kongenital, gnetik dan infeksi janin seperti misalnya
penyakit TORCH (toksoplasma, rubela, sitomegalovirus, dan herpes).
3.2.
Saran
Agar dapat
mengurangi angka kejadian IUGR atau PJT, disaran kepada setiap ibu hamil agar lebih
memperhatikan kehamilannya, terutama pada asupan gizinya, untuk dapat menkonsumsi makan-makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan istirahat yang cukup
seperti berbaring miring dsb.