Kamis, 25 April 2013

ENDOMETRITIS


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat serta karunia-Nya kepada penyusun sehingga makalah Asuhan Kebidanan IV (Patologi) ini yang berjudul “Endometritis” dapat selesai dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Asuhan Kebidanan IV (Patologi), dimana sumber materi diambil dari beberapa media pendidikan guna menunjang keakuratan materi yang nantinya akan disampaikan.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan berguna bagi pembaca. Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.









Yogyakarta,    April 2013




penyusun



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini tingkat kesadaran masyarakat untuk hidup sehat masih sangat rendah. Tingginya angka kematian itu menunjukkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan masih kurang. Hal itu juga menunjukkan pelayanan kesehatan di Indonesia kurang maksimal.
Dan pada zaman sekarang ini, banyak jenis penyakit yang menyerang manusia, khususnya pada wanita selama daur kehidupannya mulai dari pada bayi, balita,anak-anak,remaja,WUS,klimakterium serta menopause. Khususnya pada wanita usia subur banyak sekali berbagai jenis penyakit serta gangguan-gangguan pada organ reproduksi salah satunya adalah Penyakit Radang Panggul atau Pelvic Inflamatory Diseases (PID). Pelvic Inflamatory Diseases merupakan suatu kumpulan radang pada saluran genital bagian atas oleh berbagai organisme, yang dapat menyerang endometrium, tuba fallopi, ovarium maupun miometrium secara kontinuitatum maupun secara hematogen ataupun sebagai akibat hubungan seksual.

1.2.Rumusan Masalah
a.       Apa yang dimaksut dengan Endometritis?
b.      Apa saja penyebab Endometritis?
c.       Apa tanda dan gejala Endometritis?
d.      Apa faktor resiko pada Endometritis?
e.       Bagaimana penatalaksanaan pada penderita Endometritis?

1.3.Tujuan Penulisan
a.       Agar mahasiswa mengetahui apa yang dimaksut dengan Endometritis
b.      Agar mahasiswa mengetahui apa-apa saja yang dapat menyebabkan Endometritis
c.       Agar mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala Endometritis
d.      Agar mahasiswa dapat mengetahui faktor resiko Endometritis
e.       Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada penderita Endometritis





BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Definisi
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan. (Taber, B., 1994).
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). (Manuaba, I.B. G., 1998).- Endometritis adalah suatu infeksi yag terjadi di endometrium, merupakan komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah melahirkan.
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan ( Ben-zion Tuber, 1994 ).
Endometritis adalah infeksi pada endometrium atau yang disebut lapisan dalam dari rahim. ( Prof.dr.Ida Bagus,  ).
Endometritis adalah infeksi atau desidua endometrium, dengan ekstensi ke miometrium dan jaringan parametrial. Endometritis dibagi menjadi kebidanan dan nonobstetric endometritis. Penyakit radang panggul (PID) adalah sebuah Common nonobstetric pendahulunya dalam populasi.

2.2. Etiologi
Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama bila sebelumnya ada riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang lama. Penyebab lainnya dari endometritis adalah adanya tanda jaringan plasenta yang tertahan setelah abortus dan melahirkan. (Taber, B. 1994).
Menurut Varney, H. (2001), hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi pada wanita adalah:
1.      Waktu persalinan lama, terutama disertai pecahnya ketuban.
2.      Pecahnya ketuban berlangsung lama.
3.      Adanya pemeriksaan vagina selama persalinan dan disertai pecahnya ketuban.
4.      Teknik aseptik tidak dipatuhi.
5.      Manipulasi intrauterus (pengangkatan plasenta secara manual).
6.      Trauma jaringan yang luas/luka terbuka.
7.      Kelahiran secara bedah.
8.      Retensi fragmen plasenta/membran amnion.

2.3. Patofisiologis
Infeksi endometrium, atau decidua, biasanya hasil dari infeksi naik dari saluran kelamin yang lebih rendah. Dari perspektif patologis, endometritis dapat diklasifikasikan sebagai akut versus kronis. Endometritis akut dicirikan oleh kehadiran neutrofil dalam kelenjar endometrium. Endometritis kronis dicirikan oleh kehadiran plasma sel dan limfosit dalam stroma endometrium.
Dalam populasi nonobstetric, panggul inflammatory penyakit dan ginekologi prosedur invasif adalah prekursor-prekursor yang paling umum untuk endometritis akut. Dalam populasi obstetri, infeksi setelah bersalin adalah pendahulu paling umum.
Endometritis kronis dalam populasi obstetri biasanya berhubungan dengan produk-produk yang tetap dari konsepsi setelah pengiriman atau elektif aborsi. Dalam populasi nonobstetric, kronis endometritis telah melihat dengan infeksi (misalnya, klamidia, tuberkulosis, bakterial vaginosis) dan kehadiran perangkat intrauterine.

2.4. Klasifikasi
a.      Endometritis akut
Pada endometritis post partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga endometritis post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9. Endometritis post abortum terutama terjadi pada abortus provokatus.
Pada endometritis akut, endometrium mengalami edema dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas dan menyebabkan endometritis akut. Infeksi gonorea.
Pada abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke parametrium, ketuban dan ovarium, dan ke peritoneum sekitarnya.
Gejala-gejala endometritis akut dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya:
Æ Penderita panas tinggi
Æ Kelihatan sakit keras
Æ Keluar leukorea yang bernanah
Æ Uterus serta daerah sekitarnya nyeri pada perabaan
Sebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukan radium ke dalam uterus, memasukan IUD (intra uterine device) ke dalam uterus, dan sebagainya.
Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akut tetap berbatas pada endometrium, atau menjalar ke jaringan di sekitarnya.
Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak seberapa patogen pada umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid. Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling penting adalah berusaha mencegah, agar infeksi tidak menjalar.
Ø  Manifestasi klinis
1.    Demam
2.    Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang-kadang keluar flour yang purulent.
3.    Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi.
4.    Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau parametrium tidak nyeri.
Terapi :
·         Uterotonika.
·         Istirahat, letak fowler.
·         Antibiotika.
·         Endometritis senilis perlu dikuret untuk menyampingkan corpus carsinoma. Dapat diberi estrogen.
b.      Endometritis kronik
Endometritis kronik tidak seberapa sering terdapat, oleh karena itu infeksi yang tidak dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan fungsional darn endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit. Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium.
Ø  Manifestasi klinis
Endometritis kronika adalah leukorea dan menorargia. Pengobatan tergantung dari penyebabnya.
Endometritis kronis ditemukan:
1.    Pada tuberkulosis.
2.    Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
3.    Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri.
4.    Pada polip uterus dengan infeksi.
5.    Pada tumor ganas uterus.
6.    Pada salpingo – oofaritis dan selulitis pelvik.
Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus TB genital. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel pada tengah-tengah endometrium yang meradang menahun.
Pada abortus inkomplitus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat desidua dan vili korealis di tengah-tengah radang menahun endometrium. Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat peradangan dan organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah, dan terbentuklah apa yang dinamakan polip plasenta.
Endometritis kronika yang lain umumnya akibat ineksi terus-menerus karena adanya benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri.
Gejalanya :
·         Flour albus yang keluar dari ostium.
·         Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi.
Terapi: :
Perlu dilakukan kuretase.

2.5.Penyebab
Endometritis paling sering ditemukan setelah seksio sesarea, terutama bila sebelumnya pasien menderita korioamnionitis, partus lama atau pecah ketuban yang lama. Penyebab-penyebab lainnya endometritis adalah jaringan plasenta yang tertahan setelah abortus atau melahirkan. Infeksi endometrium dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim. Infeksi endometrium dapat dalam bentuk akut.
Endometritis bisa juga disebabkan oleh golongan streptococcus, staphylococcus, adakalanya basil tuberculosis dan gonococcus.
Endometritis adalah penyakit yang melibatkan polymicrobial, rata-rata, 2-3 organisme. Dalam banyak kasus, hal itu timbul dari infeksi menaik dari organisme yang ditemukan di vagina normal flora asli. Biasanya terisolasi organisme termasuk Ureaplasma urealyticum, Peptostreptococcus, Gardnerella vaginalis, Bacteroides bivius, dan kelompok B Streptococcus. Chlamydia telah dikaitkan dengan onset terlambat endometritis postpartum. Enterococcus diidentifikasi dalam sampai dengan 25% dari perempuan yang telah menerima profilaksis cephalosporin. Rute pengiriman adalah faktor yang paling penting dalam pengembangan endometritis postpartum. Penelitian yang lebih baru mendukung administrasi sebelum operasi profilaksis antibiotik, yang dikaitkan dengan 53% penurunan endometritis tanpa gangguan pada neonatus yang dicurigai atau terbukti sepsis atau NICU admission.

2.6. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala endometritis antara lain :                            
a)      Peningkatan demam secara persisten hingga 40 derajat celcius. Tergantung pada keparahan infeksi.
b)      Takikardia
c)       Menggigil dengan infeksi berat
d)      Nyeri tekan uteri menyebar secara lateral
e)      Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual
f)        Subinvolusi
g)      Lokhia sedikit, tidak berbau atau berbau tidak sedap, lokhia seropurulenta
h)      Hitung sel darah putih mungkin meningkat di luar leukositisis puerperium fisiologis
i)         Perdarahan pervaginam
j)         Shock sepsis maupun hemoragik
k)       Abdomen distensi atau pembengkakan.
l)         Abnormal pendarahan vagina
m)     Discomfort dengan buang air besar (sembelit mungkin terjadi)
n)       Terjadi  ketidaknyamanan, kegelisahan, atau perasaan sakit (malaise)



2.7. Faktor Resiko
Wanita sangat rentan terhadap endometritis setelah kelahiran atau aborsi. Dalam kedua setelah bersalin dan postabortal negara, risiko meningkat karena dari os serviks terbuka, kehadiran jumlah besar darah dan puing-puing, dan instrumentasi rahim.
a.       Faktor-faktor resiko utama untuk obstetri endometritis, meliputi:
Æ  Cesarean pengiriman (terutama jika sebelum 28 minggu kehamilan)
Æ   Berkepanjangan sindrom
Æ  Tenaga kerja yang panjang dengan beberapa pemeriksaan vagina
Æ  Parah penyakit bernoda cairan amniotik
Æ  Penghapusan plasental manual
Æ  Ekstrem dari pasien usia
Æ  Status sosial ekonomi rendah
b.      Faktor-faktor kecil, meliputi:
Æ  Tidak adanya steker lendir leher rahim normal
Æ  Administrasi beberapa kursus kortikosteron untuk pencegahan prematur pengiriman
Æ  Berkepanjangan internal janin pemantauan
Æ  Berkepanjangan operasi
Æ  Anestesi umum
Æ  Anemia setelah bersalin
c.       Faktor-faktor berikut meningkatkan risiko endometritis secara umum:
Æ  Keberadaan perangkat intrauterine: bagian vagina dari perangkat bisa berfungsi sebagai lagu organisme untuk naik ke rahim
Æ  Kehadiran menstruasi cairan dalam rahim
Æ  Terkait cervicitis sekunder untuk gonore atau infeksi Chlamydia
Æ  Terkait bakterial vaginosis
Æ  Sering douching
Æ  Aktivitas seksual yang tidak dilindungi
Æ  Beberapa mitra seksual
Æ  Ectopy leher

2.8. Diagnosa Banding
Karena dari perubahan fisiologis kehamilan, kehadiran ditinggikan pengejar leukocyte bangsawan atau hitungan neutrofil tidak menunjukkan endometritis. Oleh karena itu, temuan klinis lebih dapat diandalkan daripada laboratorium temuan dalam mendiagnosis endometritis setelah bersalin.
Masalah lain yang harus dipertimbangkan dalam pasien dengan mungkin endometritis meliputi:
a)      Pyelonephritis
b)      Virus sindrom
c)      Panggul thrombophlebitis
d)       Chorioamnionitis

Ø  Perbedaan
a)        Usus buntu
b)        Panggul Inflammatory penyakit
c)        Infeksi saluran kemih

2.9. Komplikasi
Komplikasi yang potensial dari endometritis adalah sebagai berikut:
a)        Luka infeksi
b)        Karena peritonitis
c)        Infeksi Adnexal
d)       Parametrial phlegmon
e)        Panggul abses
f)         Panggul lebam
g)        Septik panggul thrombophlebiti
Penyebaran infeksi dari endometrium tabung saluran indung telur, indung telur atau rongga peritoneal dapat mengakibatkan, salpingitis, oophoritis, karena peritonitis lokal atau abses tubo ovarium. Salpingitis kemudian mengarah ke tubal dysmotility dan pelekatan yang mengakibatkan infertilitas, insiden yang lebih tinggi dari kehamilan ektopik, dan kronis nyeri panggul.

2.10.                    Penatalaksanaan
1.      Antibiotika dan drainase yang memadai
2.      Merupakan pojok sasaran terapi. Evaluasi klinis dan organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotic.
3.      Carian intravena dan elektrolit
4.      Merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi dan terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diet peroral untuk memberikan nutrisi yang memadai.
5.      Penggantian darah
6.      Dapat diindikasikan untuk anemia berat post abortus atau postpartum.
7.      Tirah baring dan analgesia
8.      Merupakan terapi pendukung yang banyak manfaatnya.
9.      Tindakan bedah
10.  Endometritis postpartum sering disertai dengan jaringan plasenta yang tertahan atau obstruksi servik. Drainase lokia yang memadai sangat penting. Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan dan hati-hati.




BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan dan juga suatu infeksi yang terjadi di endometrium, merupakan komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah melahirkan.Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama bila sebelumnya ada riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang lama.Infeksi endometrium, atau decidua, biasanya hasil dari infeksi naik dari saluran kelamin yang lebih rendah. Dari perspektif patologis, endometritis dapat diklasifikasikan sebagai akut versus kronis.Endometritis paling sering ditemukan setelah seksio sesarea, terutama bila sebelumnya pasien menderita korioamnionitis, partus lama atau pecah ketuban yang lama. Penyebab-penyebab lainnya endometritis adalah jaringan plasenta yang tertahan setelah abortus atau melahirkan. Tanda dan gejala endometritis antara lain :1)Peningkatan demam secara persisten hingga 40 derajat celcius Tergantung pada keparahan infeksi.2)Takikardia3)Menggigil dengan infeksi berat4) Nyeri tekan uteri menyebar secara lateral.5)Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual.6) Subinvolusi.

3.2. Saran
Diharapkan kepada mahasiswa agar lebih mengenali ciri-ciri Endometritis agar dapat memberikan asuhan yang tepat berupa konseling dan tindakan pengobatan yang tepat kepada pasien, khususnya kepada ibu pascapartum biasanya terjadi antara 48 jam sampai 72 jam setelah melahirkan yang memiliki gejala atau tanda-tanda  Endometritis, sehingga dapat segera dilakukan penangan gejala endometritis yang terdapat pada ibu karena bila terlambat akan membahayakan penderita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar