KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat
serta karunia-Nya kepada penyusun sehingga makalah Asuhan Kebidanan IV
(Patologi) ini yang berjudul “Endometritis” dapat selesai dalam jangka waktu
yang telah ditetapkan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Asuhan
Kebidanan IV (Patologi), dimana sumber materi diambil dari beberapa media
pendidikan guna menunjang keakuratan materi yang nantinya akan disampaikan.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan berguna bagi pembaca. Akhir
kata penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
|
Yogyakarta,
April 2013
|
|
|
|
penyusun
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini tingkat
kesadaran masyarakat untuk hidup sehat masih sangat rendah. Tingginya angka
kematian itu menunjukkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan masih
kurang. Hal itu juga menunjukkan pelayanan kesehatan di Indonesia kurang
maksimal.
Dan pada zaman sekarang ini, banyak jenis penyakit
yang menyerang manusia, khususnya pada wanita selama daur kehidupannya mulai
dari pada bayi, balita,anak-anak,remaja,WUS,klimakterium serta menopause.
Khususnya pada wanita usia subur banyak sekali berbagai jenis penyakit serta
gangguan-gangguan pada organ reproduksi salah satunya adalah Penyakit Radang
Panggul atau Pelvic Inflamatory Diseases (PID). Pelvic Inflamatory Diseases
merupakan suatu kumpulan radang pada saluran genital bagian atas oleh berbagai
organisme, yang dapat menyerang endometrium, tuba fallopi, ovarium maupun
miometrium secara kontinuitatum maupun secara hematogen ataupun sebagai akibat
hubungan seksual.
1.2.Rumusan Masalah
a.
Apa yang
dimaksut dengan Endometritis?
b.
Apa saja
penyebab Endometritis?
c.
Apa tanda dan
gejala Endometritis?
d.
Apa faktor
resiko pada Endometritis?
e.
Bagaimana
penatalaksanaan pada penderita Endometritis?
1.3.Tujuan Penulisan
a. Agar mahasiswa mengetahui apa yang dimaksut
dengan Endometritis
b. Agar mahasiswa mengetahui apa-apa saja
yang dapat menyebabkan Endometritis
c. Agar mahasiswa dapat mengetahui tanda dan
gejala Endometritis
d. Agar mahasiswa dapat mengetahui faktor
resiko Endometritis
e. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana
penatalaksanaan pada penderita Endometritis
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
2.1.
Definisi
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium
yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan. (Taber, B., 1994).
Endometritis adalah infeksi pada endometrium
(lapisan dalam dari rahim). (Manuaba, I.B. G., 1998).- Endometritis adalah
suatu infeksi yag terjadi di endometrium, merupakan
komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah
melahirkan.
Endometritis
adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi
bakteri pada jaringan ( Ben-zion Tuber, 1994 ).
Endometritis
adalah infeksi pada endometrium atau yang disebut lapisan dalam dari rahim. (
Prof.dr.Ida Bagus, ).
Endometritis
adalah infeksi atau desidua endometrium, dengan ekstensi ke miometrium dan
jaringan parametrial. Endometritis dibagi menjadi kebidanan dan nonobstetric
endometritis. Penyakit radang panggul (PID) adalah sebuah Common nonobstetric
pendahulunya dalam populasi.
2.2. Etiologi
Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah
seksio sesarea terutama bila sebelumnya ada riwayat koriomnionitis, partus
lama, pecah ketuban yang lama. Penyebab lainnya dari endometritis adalah adanya
tanda jaringan plasenta yang tertahan setelah abortus dan melahirkan. (Taber,
B. 1994).
Menurut Varney, H. (2001), hal-hal yang dapat
menyebabkan infeksi pada wanita adalah:
1.
Waktu persalinan lama, terutama disertai
pecahnya ketuban.
2.
Pecahnya ketuban berlangsung lama.
3.
Adanya pemeriksaan vagina selama persalinan
dan disertai pecahnya ketuban.
4.
Teknik aseptik tidak dipatuhi.
5.
Manipulasi intrauterus (pengangkatan
plasenta secara manual).
6.
Trauma jaringan yang luas/luka terbuka.
7.
Kelahiran secara bedah.
8.
Retensi fragmen plasenta/membran amnion.
2.3.
Patofisiologis
Infeksi endometrium, atau decidua, biasanya hasil
dari infeksi naik dari saluran kelamin yang lebih rendah. Dari perspektif
patologis, endometritis dapat diklasifikasikan sebagai akut versus kronis.
Endometritis akut dicirikan oleh kehadiran neutrofil dalam kelenjar
endometrium. Endometritis kronis dicirikan oleh kehadiran plasma sel dan limfosit
dalam stroma endometrium.
Dalam populasi nonobstetric, panggul inflammatory
penyakit dan ginekologi prosedur invasif adalah prekursor-prekursor yang paling
umum untuk endometritis akut. Dalam populasi obstetri, infeksi setelah bersalin
adalah pendahulu paling umum.
Endometritis kronis dalam populasi obstetri biasanya
berhubungan dengan produk-produk yang tetap dari konsepsi setelah pengiriman
atau elektif aborsi. Dalam populasi nonobstetric, kronis endometritis telah
melihat dengan infeksi (misalnya, klamidia, tuberkulosis, bakterial vaginosis)
dan kehadiran perangkat intrauterine.
2.4.
Klasifikasi
a.
Endometritis
akut
Pada
endometritis post partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9,
sehingga endometritis post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9.
Endometritis post abortum terutama terjadi pada abortus provokatus.
Pada
endometritis akut, endometrium mengalami edema dan pada pemeriksaan mikroskopik
terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti polimorf yang banyak,
serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting ialah
infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.Infeksi gonorea mulai
sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas dan menyebabkan endometritis
akut. Infeksi gonorea.
Pada
abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke miometrium dan
melalui pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke parametrium, ketuban
dan ovarium, dan ke peritoneum sekitarnya.
Gejala-gejala
endometritis akut dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya:
Æ Penderita
panas tinggi
Æ Kelihatan
sakit keras
Æ Keluar
leukorea yang bernanah
Æ Uterus
serta daerah sekitarnya nyeri pada perabaan
Sebab lain endometritis akut ialah
tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar partus atau abortus, seperti
kerokan, memasukan radium ke dalam uterus, memasukan IUD (intra uterine device)
ke dalam uterus, dan sebagainya.
Tergantung dari virulensi kuman yang
dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akut tetap berbatas pada
endometrium, atau menjalar ke jaringan di sekitarnya.
Endometritis akut yang disebabkan oleh
kuman-kuman yang tidak seberapa patogen pada umumnya dapat diatasi atas
kekuatan jaringan sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari
endometrium pada waktu haid. Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling
penting adalah berusaha mencegah, agar infeksi tidak menjalar.
Ø Manifestasi klinis
1. Demam
2. Lochea
berbau : pada endometritis post abortum kadang-kadang keluar flour yang
purulent.
3. Lochea
lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi.
4. Kalau
radang tidak menjalar ke parametrium atau parametrium tidak nyeri.
Terapi :
·
Uterotonika.
·
Istirahat, letak fowler.
·
Antibiotika.
·
Endometritis senilis perlu dikuret untuk
menyampingkan corpus carsinoma. Dapat diberi estrogen.
b.
Endometritis
kronik
Endometritis kronik tidak seberapa
sering terdapat, oleh karena itu infeksi yang tidak dalam masuknya pada
miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan
fungsional darn endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik
ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit. Penemuan limfosit saja tidak
besar artinya karena sel itu juga ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium.
Ø Manifestasi klinis
Endometritis kronika adalah leukorea dan
menorargia. Pengobatan tergantung dari penyebabnya.
Endometritis kronis ditemukan:
1. Pada
tuberkulosis.
2. Jika
tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
3. Jika
terdapat korpus alineum di kavum uteri.
4. Pada
polip uterus dengan infeksi.
5. Pada
tumor ganas uterus.
6. Pada
salpingo – oofaritis dan selulitis pelvik.
Endometritis
tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus TB genital. Pada
pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel pada tengah-tengah endometrium yang
meradang menahun.
Pada
abortus inkomplitus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat desidua
dan vili korealis di tengah-tengah radang menahun endometrium. Pada partus
dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat peradangan dan
organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah, dan terbentuklah apa
yang dinamakan polip plasenta.
Endometritis
kronika yang lain umumnya akibat ineksi terus-menerus karena adanya benda asing
atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri.
Gejalanya
:
·
Flour albus yang keluar dari ostium.
·
Kelainan haid seperti metrorrhagi dan
menorrhagi.
Terapi:
:
Perlu dilakukan kuretase.
Perlu dilakukan kuretase.
2.5.Penyebab
Endometritis paling sering ditemukan setelah seksio sesarea, terutama bila
sebelumnya pasien menderita korioamnionitis, partus lama atau pecah ketuban
yang lama. Penyebab-penyebab lainnya endometritis adalah jaringan plasenta yang
tertahan setelah abortus atau melahirkan. Infeksi endometrium dapat terjadi
sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat
benda asing dalam rahim. Infeksi endometrium dapat dalam bentuk akut.
Endometritis bisa juga disebabkan oleh golongan streptococcus,
staphylococcus, adakalanya basil tuberculosis dan gonococcus.
Endometritis adalah penyakit yang melibatkan polymicrobial, rata-rata, 2-3
organisme. Dalam banyak kasus, hal itu timbul dari infeksi menaik dari
organisme yang ditemukan di vagina normal flora asli. Biasanya terisolasi
organisme termasuk Ureaplasma urealyticum, Peptostreptococcus, Gardnerella
vaginalis, Bacteroides bivius, dan kelompok B Streptococcus. Chlamydia telah
dikaitkan dengan onset terlambat endometritis postpartum. Enterococcus diidentifikasi
dalam sampai dengan 25% dari perempuan yang telah menerima profilaksis
cephalosporin. Rute pengiriman adalah faktor yang paling penting dalam
pengembangan endometritis postpartum. Penelitian yang lebih baru mendukung
administrasi sebelum operasi profilaksis antibiotik, yang dikaitkan dengan 53%
penurunan endometritis tanpa gangguan pada neonatus yang dicurigai atau
terbukti sepsis atau NICU admission.
2.6.
Tanda dan Gejala
Tanda dan
gejala endometritis antara lain
:
a)
Peningkatan demam secara persisten hingga 40 derajat
celcius. Tergantung pada keparahan infeksi.
b)
Takikardia
c)
Menggigil
dengan infeksi berat
d)
Nyeri tekan
uteri menyebar secara lateral
e)
Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual
f)
Subinvolusi
g)
Lokhia sedikit, tidak berbau atau berbau tidak sedap,
lokhia seropurulenta
h)
Hitung sel darah putih mungkin meningkat di luar
leukositisis puerperium fisiologis
i)
Perdarahan
pervaginam
j)
Shock sepsis
maupun hemoragik
k)
Abdomen distensi atau pembengkakan.
l)
Abnormal
pendarahan vagina
m)
Discomfort
dengan buang air besar (sembelit mungkin terjadi)
n)
Terjadi ketidaknyamanan,
kegelisahan, atau perasaan sakit (malaise)
2.7.
Faktor Resiko
Wanita
sangat rentan terhadap endometritis setelah kelahiran atau aborsi. Dalam kedua
setelah bersalin dan postabortal negara, risiko meningkat karena dari os
serviks terbuka, kehadiran jumlah besar darah dan puing-puing, dan
instrumentasi rahim.
a.
Faktor-faktor resiko utama untuk obstetri
endometritis, meliputi:
Æ Cesarean
pengiriman (terutama jika sebelum 28 minggu kehamilan)
Æ Berkepanjangan sindrom
Æ Tenaga
kerja yang panjang dengan beberapa pemeriksaan vagina
Æ Parah
penyakit bernoda cairan amniotik
Æ Penghapusan
plasental manual
Æ Ekstrem
dari pasien usia
Æ Status
sosial ekonomi rendah
b.
Faktor-faktor kecil, meliputi:
Æ Tidak
adanya steker lendir leher rahim normal
Æ Administrasi
beberapa kursus kortikosteron untuk pencegahan prematur pengiriman
Æ Berkepanjangan
internal janin pemantauan
Æ Berkepanjangan
operasi
Æ Anestesi
umum
Æ Anemia
setelah bersalin
c.
Faktor-faktor berikut meningkatkan
risiko endometritis secara umum:
Æ Keberadaan
perangkat intrauterine: bagian vagina dari perangkat bisa berfungsi sebagai lagu
organisme untuk naik ke rahim
Æ Kehadiran
menstruasi cairan dalam rahim
Æ Terkait
cervicitis sekunder untuk gonore atau infeksi Chlamydia
Æ Terkait
bakterial vaginosis
Æ Sering
douching
Æ Aktivitas
seksual yang tidak dilindungi
Æ Beberapa
mitra seksual
Æ Ectopy
leher
2.8.
Diagnosa Banding
Karena dari perubahan fisiologis kehamilan,
kehadiran ditinggikan pengejar leukocyte bangsawan atau hitungan neutrofil
tidak menunjukkan endometritis. Oleh karena itu, temuan klinis lebih dapat
diandalkan daripada laboratorium temuan dalam mendiagnosis endometritis setelah
bersalin.
Masalah lain yang harus dipertimbangkan dalam pasien
dengan mungkin endometritis meliputi:
a) Pyelonephritis
b) Virus
sindrom
c) Panggul
thrombophlebitis
d) Chorioamnionitis
Ø Perbedaan
a)
Usus buntu
b)
Panggul Inflammatory penyakit
c)
Infeksi saluran kemih
2.9.
Komplikasi
Komplikasi yang potensial dari endometritis adalah
sebagai berikut:
a)
Luka infeksi
b)
Karena peritonitis
c)
Infeksi Adnexal
d) Parametrial
phlegmon
e)
Panggul abses
f)
Panggul lebam
g)
Septik panggul thrombophlebiti
Penyebaran
infeksi dari endometrium tabung saluran indung telur, indung telur atau rongga
peritoneal dapat mengakibatkan, salpingitis, oophoritis, karena peritonitis
lokal atau abses tubo ovarium. Salpingitis kemudian mengarah ke tubal
dysmotility dan pelekatan yang mengakibatkan infertilitas, insiden yang lebih
tinggi dari kehamilan ektopik, dan kronis nyeri panggul.
2.10.
Penatalaksanaan
1.
Antibiotika dan drainase yang memadai
2.
Merupakan pojok sasaran terapi. Evaluasi klinis dan
organisme yang
terlihat pada pewarnaan gram, seperti juga pengetahuan bakteri yang diisolasi
dari infeksi serupa sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotic.
3.
Carian intravena dan elektrolit
4.
Merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi dan terapi
pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi makanan lewat
mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diet peroral untuk memberikan nutrisi
yang memadai.
5.
Penggantian darah
6.
Dapat diindikasikan untuk anemia berat post abortus
atau postpartum.
7.
Tirah baring dan analgesia
8.
Merupakan terapi pendukung yang banyak manfaatnya.
9.
Tindakan bedah
10. Endometritis
postpartum sering disertai dengan jaringan plasenta yang tertahan atau
obstruksi servik. Drainase lokia yang memadai sangat penting. Jaringan plasenta
yang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan dan hati-hati.
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Endometritis adalah suatu
peradangan endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada
jaringan dan juga suatu infeksi yang terjadi di
endometrium, merupakan komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai
72 jam setelah melahirkan.Endometritis sering ditemukan pada
wanita setelah seksio sesarea terutama bila sebelumnya ada riwayat
koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang lama.Infeksi endometrium, atau
decidua, biasanya hasil dari infeksi naik dari saluran kelamin yang lebih
rendah. Dari perspektif patologis, endometritis dapat diklasifikasikan sebagai
akut versus kronis.Endometritis paling sering ditemukan setelah seksio
sesarea, terutama bila sebelumnya pasien menderita korioamnionitis, partus lama
atau pecah ketuban yang lama. Penyebab-penyebab lainnya endometritis adalah
jaringan plasenta yang tertahan setelah abortus atau melahirkan. Tanda dan gejala endometritis antara lain :1)Peningkatan
demam secara persisten hingga 40 derajat celcius Tergantung pada keparahan
infeksi.2)Takikardia3)Menggigil dengan infeksi berat4) Nyeri tekan
uteri menyebar secara lateral.5)Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual.6) Subinvolusi.
3.2. Saran
Diharapkan kepada mahasiswa
agar lebih mengenali ciri-ciri Endometritis agar dapat memberikan asuhan yang tepat berupa
konseling dan tindakan pengobatan yang tepat kepada pasien, khususnya kepada
ibu pascapartum biasanya terjadi antara 48 jam sampai 72 jam setelah melahirkan yang memiliki gejala atau tanda-tanda Endometritis, sehingga dapat segera dilakukan penangan gejala endometritis yang terdapat pada ibu karena bila terlambat akan membahayakan penderita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar